Selasa, 05 November 2013

LAUT DAN ASIN




pertanyaan :

kenapa ikan tidak asin selama hidup di laut ?



asinnya ikan itu bilamana direndam dengan garam
kenapa ikan tidak asin bilamana berada di dalam lautan asin ?



pelajaran ini adalah suatu pelajaran dan satu kiasan yang teramat besar bagi kita dalam mengenal diri dan mengenal Allah Ta'ala

Allah jadikan sedemikian rupa adalah semata-mata untuk pelajaran bagi kita dalam arti mengenal diri dan mengenal Allah

bagi mereka yang berpandangan jauh
akan dapat mengambil iktibar melaluinya


ikan tidak asin selama waktu berada didalam lautan
sebabnya adalah karena
" ikan belum mati "


karena ikan belum mati 
dan karena ikan masih hidup lah sebabnya ikan itu tidak asin selama berada didalam lautan asin


setelah mati dan setelah berpisahnya nyawa dari jasad ikan
barulah ikan bisa asin dan barulah ikan akan menjadi asin bilamana berada didalam lautan



persoalannya
apakah hubungan nyawa dengan asin ?

yang menerima asin itu adalah jasad dan bukan nyawa
nyawa tidak akan terkena asin

tetapi kenapa bilamana ikan masih bernyawa jasadnya tidak boleh menerima asin?

bilamana ikan sudah mati
dan setelah nyawa bercerai dari jasad
barulah tubuh ikan itu bisa menerima asin ...

kenapa ...?

yang berendam didalam lautan asin itu adalah jasad ikan
bukannya nyawa ikan

kenapa ikan tidak bisa menerima asin bilamana adanya nyawa ?

tubuh ikan hanya bisa menerima asin setelah ke T1ada an nyawa



cobalah lihat bagaimana ikan yang sudah mati
pastinya akan terasa asin

iktibar atau pelajaran "mati" yang dapat kita kutip dari kiasan ikan dengan garam itu ;sebenarnya adalah salahsatu cara pelajaran kita mengenal Allah


kenapa ikan tidak bisa menerima asin ?

persoalan ikan tidak bisa menerima asin adalah sama dengan persoalan kenapa kita tidak boleh mengenal Allah

barangsiapa tau kenapa ikan tidak bisa menerima asin
mereka akan tau kenapa kita tidak bisa mengenal Allah


ikan tidak bisa menerima asin adalah karena ikan belum sampai kepada tahap "mati"
begitu juga dengan kita
diri kita tidak bisa sampai kepada tahap mengenal Allah adalah karena diri kita belum sampai kepada tahap mati


bilamana kita telah sampai kepada tahap mematikan diri sebelum kita mati
disitulah nantinya kita akan dapat sampai kepada tahap mengenal Allah Ta'ala

sebab kita tidak bisa sampai kepada tahap mengenal Allah itu adalah karena kita belum lagi sampai kepada tahap mematikan diri

sesudah sampainya kita kepada tahap 
mematikan diri sebelum datangnya kematian dengan sebenar-benarnya sampai 
barulah bisa kita mengenal Allah Ta'ala dengan sebenar-benarnya kenal


setelah ikan sudah sampai kepada tahap mati
maka akan sampailah sifat asin kepada jasad ikan

begitu juga kiasannya dengan diri kita
bilamana sampainya kita kepada tahap 
Al mutukablaan tamautu
(mematikan kiri sebelum mati)
barulah kita akan sampai kepada tahap mengenal Allah Ta'ala


barangsiapa berhajatan atau bercita-cita untuk sampai kepada tahap mengenal Allah Ta'ala
seharus dan semestinya terlebih dahulu melalui proses mematikan diri sebelum mati


sebab tidak sampai kita kepada tahap mengenal Allah itu
adalah karena tidak berusahanya kita untuk sampai kepada tahap memaatikan diri

setelah sampai kita akan dapat sampai kepada tahap ilmu mati sebelum mati
barulah kita akan sampai kepada tahap mengenal Allah dengan sebenar-benarnya kenal




sesudah matinya ikan 
barulah bisa menerima asin
sebegitu juga demikian dengan diri kita
ssesudah diri kita mati sebelum mati
barulah Allah itu akan dapat menghampiri, mendampingi,
menyelubungi serta meliputi diri kita

dari situlah kita akan dapat mengenal Allah dengan nyata
kita akan sampai kepada tahap mengenal Allah dengan nyata setelah kita mengenal arti mati dengan sesunggunhya


untuk mengenal Allah itu 
marilah kita umpamakan diri kita seumpama garam
dan mengenal Allah itu seumpama asin
anggaplah diri kita ini garam

dikiaskan kita hendak membinasakan sifat garam kedalam asin

campakkan garam kedalam laut
setelah garam kembali kedalam laut
maka akan hilanglah sifat garam
setelah hilangnya sifat garam
maka kekallah ia dalam sifat asinnya
begitu juga dengan diri kita



barang siapa baerniat atau berhajatan untuk mengenal diri
(membinasakan diri)

seumpama kiasan kita campakkan garam kedalam laut
setelah garam dipulangkan kembali kedalam lautan
yang nyata hanyalah asin
begitu juga dengan diri kita

maka ketika nawaitu kita untuk mengenal diri
campakkanlah diri kedalam lautan wajah Allah

sifat garam atau sifat diri kita sebenarnya tidak ada
tidak wujud tidak maujud
yang ada, yang wujud, yang ujud dan yang maujud itu hanyalah asin



mari kita ambil segenggam garam
dan genggamlah dan setelahnya masukkan garam itu kedalam segelas air
coba kita larutkan garam yang ada didalam gelas tersebut
maka hilanglah garam itu
maka garam tidak lagi dipanggil garam
melainkan dipanggil ia dengan panggilan asin


demikianlah dengan diri kita
karena kita "bersifat" itulah makanya kita panggil "diri"

coba kita hilangkan sifat diri
kita bayangkan diri kita itu mati
setelah mati dan setelah ditanam kedalam tanah
dimanakah yanga dikatakan diri ?


sebenarnya diri kita tidak ada
sebenar-benrnya diri kita itu tidak ada

adanya sifat diri kita itu hanyalah sekedar "ber-sifat" sebagaimana sifat garam

lalu kenapa kita masih meng-aku yanag kita itu ada ?

sekiranya sifat garam tidak ada
maka sifat kita juga tidak ada

kembalikan garam kelautan
dan kembalikan diri kita kedalam sifat-sifat Allah... Allah... Allah...



















semoga bermanfaat
salam damai hati selalu




Tidak ada komentar:

Posting Komentar